“Fashion bukan sekadar tampilan; fashion adalah seni.” Dan Ayla Dimitri adalah senimannya, mengubah setiap busana menjadi pernyataan, dan setiap penampilannya sebagai masterclass dalam autentisitas dan gaya.
Di dunia fashion yang cepat berubah dan penuh dinamika, hanya sedikit yang mampu menonjol bukan hanya karena penampilan mereka, tetapi juga karena seni yang mereka bawa ke industri ini. Ayla Dimitri, salah satu sosok fashion paling berpengaruh di Indonesia, adalah salah satunya. Dari awal kariernya sebagai fashion editor hingga kini dikenal sebagai ikon gaya kelas dunia, ia membangun kehadiran yang terasa aspiratif sekaligus dekat dan relatable.
“Maskulin, sedikit sporty, dan lebih dewasa,” begitu Ayla menggambarkan gaya pribadinya dalam tiga kata. Kalimat singkat yang merangkum estetik khasnya: sleek dan modern dengan sentuhan edgy, berpijak pada keanggunan yang timeless. Lemari pakaiannya dihiasi tailoring oversized, siluet tegas, sneakers edgy, serta potongan clean—namun selalu ia padukan dengan refined touch yang membuat penampilannya terasa klasik, bukan sekadar tren sesaat.
Kemampuannya dalam menguasai gaya berakar dari perjalanan kariernya. Memulai di balik layar, Ayla membenamkan diri di dunia editorial, meliput runway show sekaligus mempelajari koleksi global. Di masa inilah ia menyadari bahwa fashion jauh lebih dari sekadar tampilan luar. Baginya, pakaian adalah karya seni—ditenun melalui teknik, storytelling, dan craftsmanship.
Seiring waktu, kariernya berkembang dengan pencapaian yang mengukuhkan posisinya di panggung internasional, mulai dari tampil di halaman British Vogue hingga duduk di front row Milan Fashion Week. Namun, salah satu momen paling berkesan adalah ketika ia hadir di New York Fashion Week bukan sebagai editor, melainkan sebagai content creator. Mengenang pengalaman itu, ia berkata, “Menghadiri New York Fashion Week sebagai content creator penuh waktu terasa seperti puncak dari kerja keras saya. Saat itu saya benar-benar menyadari sejauh apa saya telah melangkah.”
Meski kariernya terus melesat, Ayla tetap teguh pada identitas pribadinya, bukan sekadar ikut arus tren. Ia percaya membangun personal style yang kuat adalah fondasi utama, lalu menyerap tren hanya jika sesuai dengan dirinya. “Tidak semua hal harus diikuti,” jelasnya. Pendekatan ini membuktikan bahwa ia bukan sekadar mengikuti pola; ia membentuk ulangnya. Ia menunjukkan bahwa fashion icon sejati tidak hanya mengikuti tren, mereka yang mendefinisikannya.
Lebih dari sekadar fashion influencer, Ayla juga menjadi role model bagi generasi perempuan masa kini. Ia mendorong mereka untuk lepas dari rasa insecure, berani bereksperimen, dan yang terpenting, percaya diri. “Bukan soal apakah tubuhmu cocok dengan pakaian, tetapi bagaimana kamu membawanya dengan percaya diri,” tegasnya. Di tangannya, fashion menjadi alat pemberdayaan, di mana ekspresi diri dan rasa percaya diri adalah aksesori terpenting.
Ke depan, Ayla berharap warisannya tidak berhenti pada konten atau digital influencer. Ia melihat dirinya sebagai penjaga makna terdalam fashion. “Fashion kini sudah begitu sarat dengan bisnis dan hiburan, sampai kadang kita lupa ada seni di baliknya,” ujarnya. Bagi Ayla, teknik, siluet, dan craftsmanship patut dirayakan serta dihargai. Tak kalah penting, ia berkomitmen mengangkat para desainer Indonesia, yang menurutnya mampu menghadirkan koleksi kelas dunia dengan narasi yang kuat. Melalui platformnya, Ayla ingin menunjukkan bahwa fashion Indonesia membawa kisah yang layak didengar dan seni yang pantas dihormati.
Pada akhirnya, Ayla Dimitri tetaplah ikonis, inspiratif, dan autentik. Ia merepresentasikan esensi fashion: eksplorasi identitas tanpa takut, perayaan seni, serta pernyataan kepercayaan diri. Di tengah dunia yang digerakkan tren sesaat, Ayla berdiri sebagai seniman, pendongeng, sekaligus panutan bagi generasi yang berani mengambil tempatnya—menjadikannya bukan hanya ikon fashion, melainkan inspirasi yang abadi.