Share
Miss World 2025 Opal Suchata & Miss Indonesia 2025 Audrey Bianca Bawa Perubahan Lewat Mahkota
Putrika Annaya Salsabila dan Regina Olivia Arismunandar
26 August 2025

Simak kisah inspiratif Miss World 2025 Opal Suchata dan Miss Indonesia 2025 Audrey Bianca manfaatkan gelar mereka sebagai suara untuk perubahan!


Ketika Opal Suchata Chuangsri dinobatkan sebagai Miss World ke-72 di Hyderabad, India, ia membawa lebih dari sekadar harapan bangsanya, ia membawa beban sebuah mimpi yang telah lama dipupuk. Di usia 22 tahun, ia mencatat sejarah sebagai perempuan Thailand pertama yang memenangkan mahkota Miss World, terpilih dari 108 kontestan dari seluruh dunia.

“Ini adalah tonggak besar dalam hidup saya,” ungkap Opal. Namun ia segera mengalihkan fokus dari dirinya sendiri. “Ini lebih merupakan pencapaian bagi negara saya, dan bagi perempuan di seluruh dunia.”

Meski baru 22 tahun, Opal memancarkan kewibawaan layaknya seseorang yang jauh lebih matang, bukan karena ia pura-pura tahu segalanya, melainkan karena ia berpegang teguh pada tujuan. Kekuatannya untuk tenang itu lahir dari ketekunan bertahun-tahun.

Perjalanannya di dunia kontes kecantikan dimulai pada usia 18, dan jalannya tidak selalu mulus. Ada kekalahan, kegagalan, dan momen penuh keraguan. Namun di tengah semuanya, ia bertahan berkat satu hal: keyakinan. Keyakinan pada tujuannya, pada isu-isu yang dekat di hatinya, serta pada orang-orang yang selalu mendukungnya.

Lahir di Phuket dari keluarga hotelier, Opal dibesarkan untuk melihat dunia dengan empati. Nama panggilannya, dipilih sang ibu, terinspirasi dari batu permata yang bukan sekadar batu biasa, tapi juga bukan berlian.

“Ibu ingin saya punya hati sekuat berlian, tapi juga rendah hati dan membumi seperti batu,” jelasnya. “Opal itu sesuatu di antaranya. Seperti batu, tapi juga memantulkan cahaya dari dalam dirinya sendiri.”

Nama itu, beserta maknanya, selalu menyertai perjalanan hidupnya hingga membentuk dirinya yang sekarang.

Sebagai mahasiswa Ilmu Politik di Universitas Thammasat dengan fokus pada Hubungan Internasional, ia fasih berbicara dalam tiga bahasa dan luwes berpindah antara percakapan dengan kepala negara hingga obrolan hangat dengan penggemar kontes kecantikan. Namun, pekerjaan advokasinya justru paling jelas memperlihatkan siapa dirinya.

Proyeknya, ‘Opal for Her’, bermula dari pengalaman pribadi: operasi pengangkatan benjolan payudara saat ia baru berusia 16 tahun. Tumornya jinak, tapi pengalaman itu meninggalkan bekas.

aug cov 1

“Saya butuh banyak keberanian, kekuatan, dan harapan untuk bisa melewati masa-masa itu,” kenangnya, menoleh pada dirinya yang dulu. Namun peristiwa itu juga menumbuhkan benih kepedulian. Ia mulai bertanya-tanya tentang perempuan yang menghadapi ketakutan yang sama. Sendiri, tanpa dukungan, atau tanpa akses pada layanan kesehatan. Pertanyaan itulah yang kemudian menjadi pemantik.

Awalnya, ia memulai kecil-kecilan: wawancara, podcast, berkeliling kota berbicara dengan dokter dan para penyintas.

“Saya selalu bilang saya bukan dokter,” aku Opal. “Tapi ini hal yang sangat dekat dengan hati saya, sesuatu yang benar-benar ingin saya tekuni.” Dan ia membuktikannya. Dari percakapan akar rumput hingga kolaborasi nasional dengan Kementerian Kesehatan dan WHO, Opal for Her tumbuh menjadi gerakan penuh makna.

Fokusnya bukan sekadar meningkatkan kesadaran, melainkan pemberdayaan. Ia melawan kesalahpahaman, mendorong deteksi dini, dan membantu memulihkan kepercayaan diri perempuan untuk berani berbicara tentang kesehatan mereka.

Malam ketika ia dimahkotai, gaun yang ia kenakan pun ikut bercerita. Sebuah gaun putih dengan motif bunga dan aksen opal melambangkan kekuatan, kemurnian, dan penyembuhan. Sementara bulu-bulu hiasnya menjadi sebuah simbol burung phoenix: bangkit, lagi dan lagi.

“Saya hanya ingin memasukkan para pasien kanker yang pernah saya dampingi ke dalam gaun itu,” jelasnya. “Itulah kenapa semuanya sarat makna.”

Gaun itu membuktikan bahwa malam itu bukan hanya Opal yang berdiri di panggung, tetapi juga setiap perempuan di seluruh dunia yang berani bermimpi, berjuang, dan bangkit. Mereka bersama dengannya.

Seiring waktu, banyak perempuan yang mengikuti perjalanannya menghubunginya, sebagian sudah menjadi bagian dari komunitas online-nya, sebagian lagi orang asing, tapi terhubung oleh kekuatan yang sama.

“Mereka bilang saya menginspirasi mereka, terutama secara emosional dan spiritual karena hadir di sisi mereka, membantu mereka melewati pertempuran,” kisah Opal, suaranya penuh ketulusan yang menunjukkan betapa dalam kata-kata itu tertanam dalam hatinya.

aug cov 2

Namun, di balik segala pencapaian dan sorakan, Opal tetap membumi. “Ini baru awal dari masa jabatan saya,” ujarnya dengan kerendahan hati seseorang yang melihat jauh melampaui gelar. “Masih banyak yang harus saya pelajari, perbaiki, dan berikan kembali. Bukan hanya untuk Thailand, tapi untuk dunia.”

Untuk para perempuan dan gadis yang mengikuti perjalanannya, Opal punya pesan yang jelas dan berakar kuat pada advokasinya. Setelah bekerja pada proyek kesadaran kanker payudara, ia menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin dan mengajak perempuan mencintai serta merawat tubuh mereka.

Baginya, tubuh yang sehat dan bahagia adalah fondasi untuk mewujudkan apa pun yang seseorang cita-citakan.

Komitmennya pada tujuan melampaui isu kesehatan. Merefleksikan perjalanannya, Opal mengibaratkan perannya sebagai Miss World dan Miss Continental Asia & Oceania seperti seorang tukang kebun. Seseorang yang menumbuhkan jalannya dengan penuh niat dan perawatan, tumbuh bersama komunitas suportif yang mendampinginya sejak awal karier di dunia pageant.

Ia percaya bahwa semua yang telah ia capai bersumber dari keteguhan pada nilai-nilainya dan harapan yang ia pegang sejak awal.

“Selalu percaya pada dirimu sendiri, pada hal-hal yang dekat di hatimu, pada hidup dengan tujuan,” katanya dengan keyakinan tenang, kata-katanya berpijak pada rasa pasti yang mendalam. “Dan ke mana pun kamu ingin melangkah dalam hidup, keyakinan itu akan membawamu ke sana.”

Pada akhirnya, Opal Suchata bukan hanya Miss World 2025, ia adalah cermin bagi sisi terbaik dalam diri kita. Ia mengingatkan kita bahwa sebuah mahkota tidak mendefinisikanmu; yang menentukan adalah apa yang kamu lakukan dengannya. Kisahnya adalah kisah transformasi: dari seorang gadis muda yang pulih dari operasi, menjadi perempuan muda yang mengubah percakapan tentang kesehatan di dunia.

Seperti batu permata yang menjadi namanya, Opal memantulkan cahaya dari dalam dirinya. Dan kini, dengan dunia yang tengah menyaksikan, ia bersinar. Bukan untuk memukau, melainkan untuk menuntun.

Menjalankan tanggung jawabnya sebagai Miss World, Opal menghadiri malam puncak Miss Indonesia 2025. Bersama Miss Indonesia 2024, Monica Kezia Sembiring, ia menobatkan sang pemenang. Dengan mahkota yang bersinggah di kepalanya, Audrey Bianca Callista resmi menjadi Miss Indonesia 2025.

aug cov 3

Selama dua dekade, beauty pageant atau kontes kecantikan Miss Indonesia yang berprestise telah menjadi wadah bagi perempuan seluruh Indonesia untuk merepresentasikan provinsi mereka dengan tujuan menunjukkan arti sesungguhnya dari pemberdayaan, kecerdasan, dan tujuan melalui kecantikan. Tahun ini pada 9 Juli, Audrey Bianca Callista dari DKI Jakarta dengan anggun dimahkotai sebagai Miss Indonesia 2025.

Audrey mengingat-ingat kembali momen pemahkotaannya sebagai malam yang akan ia kenang selamanya. Ia duduk anggun dalam balutan gaun merah nan indah, sementara Miss World 2025 Opal Suchata Chuangsri dan Miss Indonesia 2024 Monica Kezia Sembiring dengan sangat elegan mengenakan mahkota bertahtakan batu permata warna merah di kepala Audrey.

Confetti pun berjatuhan saat Audrey memegang erat piala dan buket bunganya dengan takjub. Sejak saat itulah Audrey memikul beban tanggung jawab yang sangat besar, menandakan sebuah awal dari perjalanan baru.

Mahkota Sakral Kawung Srikandi oleh UBS Gold, sebuah simbol keindahan, kini dianugerahkan kepada Audrey. Mahkota tersebut bukan sekadar hiasan di atas kepalanya setelah kemenangannya–mahkota itu memiliki makna yang begitu dalam.

Seluruh kepercayaan yang telah dibangun oleh Yayasan Miss Indonesia dan masyarakat Indonesia dipikul dalam mahkota itu. Setiap perempuan Indonesia memandang Audrey sebagai seorang panutan. Kini, telah menjadi kewajibannya untuk memberikan kontribusi yang luar biasa bagi bangsa.

Berada di bawah lampu sorot, mengenakan gaun dan mahkota, sambil disambut sorak sorai penonton adalah impian setiap gadis kecil. Audrey menghidupkan mimpi tersebut. Sejak usia 15 tahun, Miss Indonesia yang berusia 22 tahun ini telah bercita-cita untuk mengikuti kontes kecantikan bergengsi itu.

Ia selalu mengagumi Miss Indonesia dan nilai-nilai utamanya, yaitu manner ‘sopan santun’, impressive ‘mengesankan’, smart ‘cerdas’, dan social ‘sosial’ (MISS) dan para kontestannya selalu membuat Audrey kagum. Kini, Audrey berharap ia dapat menjadi sosok yang memiliki kharisma dan berwawasan luas seperti para perempuan yang ia kagumi.

aug cov 4

Tahun lalu, Audrey lulus dari Leiden University jurusan Ilmu Politik dan Hubungan Internasional. Ia juga dikenal sebagai sosok influencer yang memiliki pengalaman dalam dunia modeling.

Dengan bekal prestasi-prestasi itu, Audrey yakin ia dapat membantu banyak orang yang membutuhkan melalui kontes Miss Indonesia, menyuarakan isu-isu yang ada di dalam masyarakat. Latar belakangnya mendukungnya sebagai sosok yang tepat untuk menjadi pemimpin dengan aksi konkret dan berdampak positif.

Selama perjalanannya di ajang Miss Indonesia, Audrey bercerita bahwa ia belajar banyak hal dan merasakan momen-momen mengharukan yang tak terlupakan. Suatu ketika, 38 kontestan mengunjungi sebuah yayasan di Banten dan bertemu dengan anak-anak penyandang disabilitas. Audrey tersentuh oleh bakat dan kerja keras anak-anak tersebut. Hal itu menjadi pelajaran baginya untuk terus maju dan bahagia di tengah segala kesulitan.

Sebagai Miss Indonesia tahun ini, Audrey secara konsisten memperjuangkan hak-hak anak dan pendidikan. Sejak masa karantina, ia selalu vokal menyuarakan pentingnya akses pendidikan, terutama bagi anak-anak yang juga harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka serta anak-anak tunawisma.

Ia meyakini bahwa pendidikan harus setara bagi semua anak. "Meskipun kurikulum kita mungkin berbeda, tidak boleh ada kesenjangan pendidikan. Pendidikan harus merata dan adil," tegas Audrey.

Saat ini, Audrey mendedikasikan dirinya untuk proyek sosialnya, Kelas BeCe, sebuah organisasi yang berfokus pada pendidikan anak-anak panti asuhan dan perkembangan mereka. “Sekarang, sebagai panutan, saya membimbing dan memotivasi mereka untuk belajar dan melanjutkan pendidikan tinggi. Saya juga menyediakan perlengkapan sekolah dan suplemen seperti vitamin,” jelasnya.

“Selanjutnya, saya mengajak dan mendorong siswa dari SMP dan SMA terdekat untuk menjadi relawan dan mentor. Mereka dapat mengajar dengan materi yang menyenangkan dan menjadi inspirasi bagi anak-anak panti asuhan. Program ini juga meningkatkan empati dan kepedulian siswa terhadap komunitas mereka,” ujar Audrey, menekankan pentingnya pendidikan dan dampak sosial bagi pelajar dan masyarakat.

aug cov 5

Memperkuat pernyataan sebelumnya, Audrey kini menyuarakan bagaimana pernikahan dini sangat berdampak buruk pada anak perempuan di bawah umur dan pendidikan mereka. "Pernikahan dini yang dipaksakan merupakan fenomena yang merugikan anak perempuan di bawah umur, di mana ia berisiko mengalami masalah kesehatan, ancaman verbal, dan kekerasan.

Tidak hanya itu, anak tersebut berpotensi besar kehilangan kesempatan pendidikan dan karier yang baik," ujar advokat sosial tersebut. Patah hati atas masalah ini, ia melanjutkan penelitian tentang cara memerangi dan mencegah pernikahan dini, yang akan menjadi proyeknya, Beauty with a Purpose. Dengan penuh kasih dan pemberdayaan, Audrey terus memperjuangkan hak dan keadilan anak.

Menjadi batu karang bagi perempuan Indonesia merupakan tanggung jawab yang berat. Nilai-nilai Audrey menjadi pilar yang terus menopang inisiatif-inisiatifnya yang kuat. Ia memegang teguh nasihat ibunya.

"Seorang perempuan harus kuat, tangguh, dan adaptif. Ia harus menemukan kunci setiap pintu dalam keadaan apa pun dan bertahan. Begitu ia menemukan jalan keluarnya, ia harus bersinar terang," ujar Audrey seraya menyemangati perempuan lain untuk memiliki kekuatan dan kecerdasan.

Pemberdayaan memiliki dampak dan pengaruh, bahkan bagi Miss Indonesia yang baru saja dinobatkan. Audrey menyadari bahwa perjalanannya tidak akan sejauh ini tanpa bantuan dan upaya dari perempuan-perempuan hebat lainnya di sekitarnya. Karena itu, ia berharap setiap perempuan dapat saling memberdayakan dan menguatkan.

Audrey percaya bahwa perempuan memiliki kapasitas dan kualitas yang luar biasa untuk menciptakan perubahan positif. Sekali lagi, ia mendorong perempuan untuk melepaskan potensi sejati mereka, "Jangan takut untuk berekspresi dan mendidik diri sendiri. Yang terpenting, jangan lupa untuk mendukung perempuan lain"

Kemenangan Audrey sebagai Miss Indonesia 2025 bukanlah langkah terakhir. Ia akan mewakili Indonesia dalam babak baru perjalanannya menuju panggung internasional Miss World selanjutnya. Ia berharap menjadi Miss Indonesia yang selalu memiliki ruang untuk berkembang dan menjadi sosok yang dibanggakan oleh negara. Dengan semangat yang membara, dedikasi yang tulus, dan kelembutan hati, Audrey adalah perwujudan kecantikan sejati yang hidup dengan tujuan.


Photographer MARIO ARDI (@mariophotographie)
Styling BUNG BUNG MANGARAJA
Stylist asst. DEWI NAOMI
Makeup for Miss World 2025 ARIE KHAYZ (@arie_khayz)
Hair for Miss World 2025 ZEVID from PUSPITA MARTHA INTERNATIONAL BEAUTY SCHOOL
Makeup for Miss Indonesia 2025 ABY SALAM (@abysalammakeup)
Hair for Miss Indonesia 2025 AGUS from PUSPITA MARTHA INTERNATIONAL BEAUTY SCHOOL
Dresses JESSIE GUNAWAN, WIKI WU, ANAZ
All jewelries by UBS GOLD
Location PARK HYATT JAKARTA