Di bulan Alzheimer Sedunia, Indonesia jadi bagian dari gerakan global yang menegaskan: demensia bukan sekadar bagian dari normal dari penuaan
Setiap bulan september, dunia memperingati Bulan Alzheimer Sedunia. Momen penting untuk mengingatkan masyarakat bahwa demensia bukan bagian normal dari penuaan. Tahun 2025 ini, Alzheimer Indonesia (ALZI) bersama Alzheimer’s Disease International (ADI) mengusung tema “Demensia” Setelah Diagnosa, Lau Apa?”. Kampanye ini menyoroti pentingnya rehabilitasi, perawatan berkelanjutan, dan dukungan sosial bagi Orang Dengan Demensia (ODD) serta keluarga mereka.
Sejak awal september 2025, ALZI telah menggelar lebih dari 70 kegiatan di berbagai kota di Indonesia hingga luar negeri. Salah satu acara penting berlangsung pada 17 september 2025 di Jakarta, menghadirkan berbagai narasumber seperti William Buntoro (ODD), Prof. Dr. dr. Yuda Turana Sp.N (neurolog), DY Suharya (Regional Director ADI Asia Pacific), Asmara Pusparani (Direktur Eksekutif ALZI), serta terapis musik dari Belanda dan Indonesia. Diskusi ini menyoroti apa yang bisa dilakukan keluarga dan ODD setelah diagnosis ditegakkan. Sekaligus memberi ruang berbagi bagi pada pendamping (caregiver).
Peluncuran World Alzheimer Report 2025 menegaskan bahwa rehabilitasi kognitif merupakan pilar utama dalam perawatan. Program ini membantu ODD tetap berfungsi sehari-hari, menjaga kemandirian, dan berpastisipasi dalam aktivitas bermakna. ALZI sendiri sudah menjalankan berbagai inisiatif , seperti Navigasi Perawatan ALZI (NARAZI), ALZI Academy, hingga Health Aging Centre sebagai wadah partisipasi aktif ODD dan caregiver.
Survei ADI menunjukkan bahwa 4 dari 5 orang dan 2 dari 3 tenaga kesehatan masih percaya keliru bahwa demensia adalah bagian alami penuaan. Stigma ini membuat diagnosis terlambat , perawatan terhambat, dan banyak keluarga berjuang sendirian. Padahal, penelitian membuktikan bahwa 45% kasus demensia dapat dicegah atau ditunda dengan mengelola faktor risiko seperti merokok, tekanan darah tinggi, pola makan buruk, kurang aktiviitas fisik, serta isolasi sosial.
Mengenali 10 tanda peringatan dementia dimulai dari kehilangan ingatan hingga kesulitan berbahasa dapat mendorong seseorang untuk segera mencari nasihat medis. ALZI juga menyediakan saluran bantuan ALZICare di 0811 822 594 untuk masyarakat yang membutuhkan konsultasi awal. Selain pengobatan medis, dukungan pasca-diagnosa seperti rehabilitasi, kegiatan sosial, terapi musik, hingga waktu rehat untuk caregiver sangat penting menjaga kualitas hidup.
Salah satu contoh inovasi adalah program Melody Memory, sebuah terapi musik yang telah diterapkan di Belanda, Bali, dan Lombok. Program ini terbukti memberi dampak positif bagi ODD, membantu mereka tetap aktif, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Kementerian Kesehatan RI juga ikut terlibat dalam program Pemeriksaan Kesehatan Gratis yang dimulai Februari 2025. Program ini mencakup 19 neis pemeriksaan, termasuk skrining geriatri dan kognitif, dengan temuan bahwa gangguan kognitif, hipertensi, obesitas, serta kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor risiko utama. hasilnya , lansia dengan masalah tersebut diarahkan untuk mendapatkan layanan lanjutan di Puskesmas.